DR.Efrinaldi, Pemikiran Politik Islam

Jumat, 10 April 2009

SOSOK DAN KEPRIBADIAN RASULULLAH

SOSOK DAN KEPRIBADIAN RASULULLAH
Oleh : DR. EFRINALDI, M.Ag.


Pada bulan Rabiul Awal ini umat Islam di berbagai belahan dunia tengah memperingati suatu peristiwa yang penuh dengan nilai-nilai historis, yakni Maulid Nabi Muhammad SAW. Mengkaji dan menelusuri napak tilas kehidupan Rasulullah SAW amat mulia karena perjalanan hidup beliau mengandung peristiwa yang monumental dan mengandung beragam hikmah, yang kerap berkaitan dengan perjuangan dan penderitaan Nabi yang suci itu. Ketabahan beliau dalam perjuangan dan kesabarannya menghadapi segala penderitaan memancarkan sosok dan kepribadian dengan akhlak yang terpuji.
Menguak butiran-butiran hikmah dalam historisitas Islam, tampak Nabi Muhammad SAW mengalami banyak tantangan dan rintangan dakwah pada mula penyiaran Islam di kota Mekkah. Dalam tempo tiga tahun pertama, beliau hanya memperoleh 13 orang pengikut. Dalam rentang tahunan, kurang dari lima orang yang memeluk Islam pada fase awal penyiaran Islam. Meskipun realitas demikian sulit, kal itu kaum Muslimin dalam kedudukan minoritas dan kondisi fisikal yang amat lemah, Nabi SAW tidak pernah mengeluh, apalagi sampai berputus asa. Justru pada saat-saat beliau menghadapi kesulitan dan penderitaan yang tiada hentinya, memancarkan al-akhlaqul karimah (akhlak yang mulia).
Dalam suatu hadis dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda,”Aku diutus Allah untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak manusia.” (HR Baihaqi).
ESENSI AKHLAK
Rasulullah SAW dalam hadis yang diriwayatkan Turmudzi dari Abu Dzar pernah berwasiat kepada seorang sahabat untuk selalu bertaqwa kepada Allah di manapun berada, berupaya menghapus perbuatan jahat dengan amal kebaikan, serta berakhlak kepada manusia dengan akhlak yang baik. Inilah kunci sukses dalam pergaulan sosial.
AKHLAK berasal dari kata khalaqa, yakhluqu, yang berarti menciptakan. Dari kata ini ada kata makhluk dan Khalik. Dengan demikian, akhlak secara esensial merupakan segala sikap (attitude) dan tingkah laku (actions and deeds) manusia Muslim yang bersumber dari Sang Khalik, yakni mengacu kepada al-Qur’an dan Sunnah.
Dalam konteks ini, akhlak memiliki diferensiasi (perbedaan) dengan moral dan etika. Moral yang berasal dari bahasa Latin (moras), berarti adat kebiasaan. Demikian juga etika, dari bahasa Yunani (ethos) dan bahasa Belanda (ethiek). Moral dan etika tidak mengacu pada nilai-nilai religius, bahkan agama dianggap sebagai paham pribadi dan tidak berhubungan dengan kehidupan manusia. Oleh karena itu, ketentuan nilai moral dan etika bisa berubah tergantung situasi dan kondisi, karena kreasi manusia, bukan dari Sang Pencipta.

KETELADANAN RASULULLAH SAW
Dalam kehidupan Rasulullah terdapat keteladanan dari dimensi akhlak dan contoh yang ideal bagi seluruh umat manusia dalam segala bidang kehidupan. Beliau satu-satunya manusia yang melaksanakan sendiri semua prinsip yang diajarkannya kepada orang lain. Tidak ada satu penetapan atau ketentuanpun dari al-Qur’an yang tidak dilaksanakannya.
Pada hakikatnya akhlak Rasulullah merupakan pancaran dari ajaran-ajaran al-Qur’an. Oleh karena itu, dikatakan bahwa akhlak Rasulullah adalah al-Qur’an. Setiap perbuatan baik (al-ma’ruf) yang diperintahkan al-Qur’an dan setiap perbuatan jahat (al-munkar) yang dilarang, terlebih dahulu telah dipraktekan Rasullah sendiri sebagai teladan bagi umatnya.
SOSOK MUHAMMAD tampil sebagai seorang Rasulullah, negarawan, panglima perang, pejuang, hakim, pedagang, bahkan sebagai pelarian yang diburu-buru, sahabat, teman seperjuangan, seorang ayah, dan sebagai seorang suami. Dalam semua kedudukannya itu selalu memantulkan corak yang indah dalam kehidupan manusia.
Beberapa watak dan kepribadian Rasulullah yang sangat terkenal semasa hayatnya, dapat disingkap berikut ini. Pertama, sifat amanah dan menepati janji. Allah berfirman: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu untuk menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya.” (QS. Al-Nisa’ : 58). Dalam ayat lain: “Wahai orang-orang yang beriman tepatilah janji-janjimu.” (QS. Al-Maidah: 1). Rasulullah semasa hayatnya bersifat amanah dan selalu menepati janji atau perjanjian (agreement) yang disepakati meski dengan musuh sekalipun. Perjanjian yang telah disepakati walau kemudian merugikan tetap dipenuhinya terlebih dahulu, meski selanjutnya diupayakan ada perubahan dengan persetujuan pihak yang terkait.
Kedua, bersikap jujur dan terpercaya. Firman Allah: “Sungguh telah beruntung orang-orang yang beriman...yaitu orang-orang yang jujur dalam memelihara amanat dan janjinya.” (QS. Al-Mukminun: 1 dan 8). Betapa pentingnya sikap kejujuran itu, terdeskripsi pula dalam QS. Al-Isra’ : 35. Rasulullah dalam dinamika sejarah dikenal dengan kejujurannya, sehingga beliau dijuluki dengan al-amin (orang yang dapat dipercaya). Kejujuran beliau mencuat dalam berbagai aspek kehidupan, baik dalam hubungannya dengan kawan maupun lawan.
Ketiga, berlaku adil. Firman Allah: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebaikan” (QS. Al-Nahl: 90). Rasulullah SAW selalu bersikap dan berlaku adil di kalangan manusia, baik kawan maupun lawan, dalam pelbagai situasi. Rasulullah SAW membuktikannya dalam sejarah dengan penuh adil dan bijaksana.
Keempat, semangat pengorbanan. Allah berfirman: Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang-orang miskin, anak-anak yatim, dan orang-orang yang ditawan. Sesungguhnya kami memberi makanan kepada kalian hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah semata. Kami tidak menghendaki balasan dari kalian dan tidak pula (ucapan) terima kasih” (QS. Al-Insan: 8-9). Pengorbanan merupakan salah satu watak dan kepribadian Rasulullah yang dinukil dalam sejarah. Meski rintangan dan tantangan dakwah luar biasa hebatnya, beliau tidak pernah mengeluh sedikitpun. Ketabahan beliau dalam perjuangan dan kesabarannya menghadapi segala penderitaan yang tiada taranya memancarkan sifat-sifat yang utama dan akhlaq yang mulia.


___________________

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda