URGENSI PENJAGAAN KESEHATAN
URGENSI PENJAGAAN KESEHATAN
Oleh: Dr. Efrinaldi, M.Ag.
Kandungan ajaran Islam menekankan kepada umatnya betapa penting arti kesehatan dalam hidup. Tuntunan ajaran Islam amat kaya dengan kesehatan. Dengan kesehatan akan melahirkan mobilitas dan dapat melakukan berbagai aktifitas. Dalam konteks ini, terlihat betapa urgennya memelihara kesehatan dalam Islam.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam Musyawarah Nasional Ulama tahun 1983 memformulasikan kesehatan itu dimaksudkan sebagai “ketahanan jasmaniah, ruhaniah, dan sosial yang dimiliki manusia, sebagai karunia Allah yang wajib disyukuri dengan mengamalkan tuntunan-Nya dan memelihara serta mengembangkannya.”
Dalam perspektif Islam, tuntunan kesehatan dalam ketiga aspek tersebut memang cukup banyak. Selain kesehatan fisik, kesehatan ruhaniah amat penting. Di samping itu, juga perlu kesehatan yang bernuansa sosial. Kesehatan pergaulan dalam masyarakat (hablum minan nas).
Mengacu kepada sumber pokok ajaran Islam, yakni al-Qur’an dan Sunnah, banyak sekali tuntunan tentang urgensinya pemeliharaan diri, kebersihan, dan kesehatan tersebut, khususnya uraian tentang kesehatan fisik.
Urgensi Kesehatan
Allah SWT berfirman: Sesungguhnya Allah senang kepada orang yang bertobat dan senang kepada orang yang membersihkan diri.(QS. Al- Baqarah/2: 222). Dalam ayat ini terdeskripsi betapa sifat manusia yang sangat dicintai Allah adalah orang yang menjaga kebersihan. Kebersihan dalam ayat ini beriringan dengan taubat. Taubat sangat inherent dengan kesehatan mental, sedangkan kebersihan lahiriah menghasilkan kesehatan fisik. Dalam ayat lain juga ditegaskan: Dan bersihkan pakaianmu dan tinggalkan segala macam kekotoran. (QS. Al-Muddatstsir/74: 4-5). Dalam hadis yang amat lazim diungkapkan tentang kebersihan berbunyi: An-nadzafatu minal iman (kebersihan sebagian dari iman).
Secara tematis, dapat diformulasikan beberapa aspek kesehatan yang secara tegas amat penting diperhatikan oleh seorang Muslim, terutama yang berkaitan dengan kesehatan fisik. Pertama, memperhatikan makanan. Perhatian terhadap makan dan minum amat penting; mengkonsumsi makanan yang halal lagi berkualitas baik s protein, yang dapat menguatkan tulang dan memelihara kesehatan, kekuatan dan keseimbangan tubuhnya (QS. al-Baqarah (2): 168). Terjauh dari mengkonsumsi barang-barang yang haram, narkotika, obat terlarang dan hal-hal yang membahayakan bagi kesehatan.
Agar tubuh tetap vit dan fresh, makanan yang masuk ke dalam tubuh sesuai dengan takaran (QS. Al-A’raf/ 7: 31). Tidak dianjurkan makan kelewat banyak dan tidak baik juga terlalu sedikit. Makan terlalu banyak, pencernaan akan rusak dan pernafasan jadi terdesak. Jika makan terlalu sedikit, manusia mudah mendapat sakit, karena tubuh akan kekurangan bahan bakar.
Berbagai penyakit yang banyak ditemukan saat ini seperti penyakit darah tinggi, penyakit usus, penyakit maag, penyakit gula, lambung, dan lain-lainnya, menurut penyelidikan para ahli, seluruhnya bersumber dari makanan. Al-Ma’idat bait adda’, perut merupakan sumber utama penyakit.
Kedua, menjaga kebugaran tubuh; badan tetap sehat dan pakaian selalu bersih. Ciri khas seorang Muslim, terlihat selalu menjaga kebersihan badan dan pakaiannya. Berpenampilan baik dan menarik, good and interesting performance. Badannya sehat, karena ta’at dan selalu shalat. Gerakan dalam shalat mengandung unsur riyadhah (olah raga, sport). Olah raga, gerak tubuh dianjurkan dalam Islam. Olahraga yang sesuai dengan tubuh dan keseimbangannya, usia dan lingkungan sosialnya, yang dapat menambah kekuatan, semangat dan kekebalan tubuh. Badannya selalu bersih karena sering mandi, apalagi Sunnah Nabi yang memerintahkan untuk selalu mandi dan menggunakan wangi-wangian, misalnya pada hari Jum’at.
Dalam historisitas Islam, tercatat bahwa tiap hari Kamis atau selambatnya pagi Jum’at Nabi SAW selalu mencukur rambut-rambut halus yang tumbuh pada bagian pipi. Janggut beliau selalu apik. Kuku beliau juga dipotong setiap minggunya. Dalam keseharian rambut beliau selalu tersisir rapi dan pada waktu tertentu beliau mengolesnya dengan sejenis minyak wangi.
Seorang Muslim terlihat berpakaian bersih dan berpenampilan menarik serta mengesankan, tanpa harus berlebih-lebihan dan menyolok, menyenangkan bagi orang yang melihatnya. Ia tidak berada di tengah-tengah orang banyak dengan keadaan acak-acakan dan tidak menarik. Sebaliknya, sebelum keluar rumah, ia selalu memperindah penampilannya secara layak dan tidak berlebih-lebihan, karena pada dasarnya memelihara keindahan itu adalah fitrah kemanusiaan. Selama memperindah penampilan tidak melampaui batas, maka hal itu termasuk perhiasan yang baik yang dibolehkan dan dianjurkan Allah bagi hamba-hamba-Nya. Allah berfirman: Wahai anak-cucu Adam, pakailah pakaianmu yang indah setiap kali memasuki masjid. (QS. Al-A’raf/ 7: 31)
Ketiga, selalu menjaga kebersihan. Dalam Islam kebersihan itu sebagian dari iman. Jika bersih merupakan sebagian dari iman, maka orang yang tidak menjaga kebersihan berarti telah mulai luntur keimanannya.
Syari’at wudhu’ yang diperintahkan kepada segenap umat Islam sebelum melaksanakan shalat, pada hakikatnya merupakan suatu sistem ibadah yang mengkondisikan manusia menjaga kebersihan. Shalat tidak sah kalau orang tidak berwudhu’, sedangkan wudhu’ yang sempurna menjadi syarat mutlak bagi syahnya shalat. Setelah bersih melalui wudhu’, barulah orang dibenarkan melakukan shalat, menghadap Tuhan.
Dalam Islam menjaga kebersihan itu sangat penting. Sebab, kebersihan adalah pangkal kesehatan, sedangkan kesehatan merupakan faktor utama agar bisa melakukan berbagai aktifitas. Sebenarnya, menjaga kebersihan itu bukan hanya karena ingin sehat, tetapi karena merindukan kasih Tuhan. Sebagaimana firman Allah: Sesungguhnya Allah senang kepada orang yang bertobat dan senang kepada orang yang membersihkan diri.(QS. Al- Baqarah/2: 222).
Kekotoran dapat menimbulkan penyakit. Kekotoran segera dibersihkan, kekotoran itu melanggar perintah Tuhan, karena pada hakikatnya penyakit merupakan siksa-Nya di dunia yang harus dihindari oleh orang yang bertaqwa. Al-Biqa’i dalam tafsirnya mengenai surat al-Fatihah mengemukakan sabda Nabi SAW bahwa penyakit adalah cambuk Tuhan di bumi ini, dengannya Dia mendidik hamba-hamba-Nya.
Pada dasarnya taqwa berarti memelihara diri dengan menghindar dari siksaan Allah SWT di dunia dan akhirat. Siksa Allah di dunia, adalah akibat pelanggaran terhadap hukum-hukum alam. Hukum alam antara lain membuktikan pada kekotoran itu terkandung bibit penyakit. Namun, pada saat ditimpa penyakit, Islam memerintahkan agar segera berobat. Sabda Nabi SAW: Li kulli da’in dawa’ (Setiap penyakit ada obatnya).
Ketika ditimpa penyakit, sebagai manusia mesti berusaha untuk berobat. Di jalur medis, berobat berhubungan dengan dokter, tetapi di balik itu keluhan dan problema diadukan sama Penguasa jagad raya ini. Karena pada dasarnya obat dan upaya hanyalah “sebab”, sedangkan penyebab sesungguhnya di balik sebab dan upaya itu adalah Allah SWT, seperti ucapan Nabi Ibrahim AS yang disetir dalam QS. Al-Syu’ara/26: 80: Apabila aku sakit, Dialah (Allah) yang menyembuhkan aku.
Ya Allah, Engkau Maha Penyembuh, tiada kesembuhan melainkan dengan Penyembuhan-Mu. Mudah-mudahan cobaan yang dihadapi segera dapat diatasi, karena selalu berada dalam kekuatan Tuhan. Hidup kita selalu bersama-Nya. Dia hadir dalam segenap gerak-gerik kita. Semoga dengan demikian jiwa makin tenang dan hati pun kian lapang. May God bless us.
____________________
Label: kesehatan
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda